Materi khutbah Jalaluddin Rumi dikumpulkan oleh muridnya dalam Majalis Sab’ah. Berisi tujuh rahasia menggapai cinta Ilahi.
***
Akal adalah anugerah terindah yang hanya dimiliki manusia. Dengan akalnya, manusia mampu menggapai ilmu, mengidentifikasi sesuatu, dan mengontrol nafsunya.
Begitu selesai menciptakan akal, Allah memanggil. “Hai akal ke sinilah”. Akal pun datang dan Allah memberikan perintah-perintah pertama. “Menghadaplah, berbaliklah, dengarlah, lihatlah, dan pergilah”.
Semuanya itu dipatuhi dan dilaksanakan oleh akal. Lalu Allah bertanya, “Hai akal, siapa engkau dan siapa Aku?”. Akal menjawab, “Engkau adalah Tuhanku, sedang aku adalah hambaMu yang lemah”. [Hal 184]
Kemudian Allah memuji akal sebagai makhluk mulia, dan disematkan ke dalam tubuh manusia.
Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Aku adalah harta karun yang terpendam. Maka Aku ingin dikenal”. Nah, elemen manusia yang dapat mengenali Allah adalah akal.
Jalaluddin Rumi, dalam kitab Majalis Sab’ah menyebut akal sebagai lentera alam semesta. Maqalah yang isinya pidato diselingi puisi dan prosa berbahasa Persia itu diabadikan oleh murid-murid Rumi dari tujuh majelis berbeda.
Setiap maqalah itu populer disebut “pesan langit”. Ketujuh pesan langit itu adalah: Kebesaran nama-Nya, makna taubat, nikmat Tuhan bagi semesta alam, berkah auliya Allah, kekuatan iman, empat perkara dalam suhuf Musa, dan kisah perjalanan akal.
Pada pesan langit nomor tujuh, penyair sufi asal Persia ini menyebut, akal adalah kunci pembuka kesulitan dan masalah. Akal juga berfungsi sebagai penjaga ruh dan pengungkap rahasia alam. [Hal 187]
Akal tidak sama dengan pikiran. Akal adalah daya pikir, sedangkan pikiran adalah buah pikir. Ketika akal bekerja menghasilkan buah pikiran, outputnya adalah kehendak atau keputusan.
Akal dibagi menjadi dua, aqlun kuliyyun (akal universal) dan aqlun juz’iyyun (akal parsial). Akal universal hanya dimiliki oleh para nabi dan waliyullah. Sedangkan akal parsial dimiliki semua manusia.
Akal memiliki kelemahan yakni tidak dapat menjangkau hal-hal yang bersifat intuitif atau sense. Untuk merasakan sense, yang berperan adalah hati.
Dalam tubuh manusia ada empat komponen, yaitu tubuh, nafsu, akal, dan hati. Pengontrol segala kebaikan adalah akal, dengan perangkat otak dan naluri. Akal selalu bertarung dengan nafsu yang senantiasa menyeret manusia ke dalam hal-hal buruk dan melanggar.
Jalaluddin Muhammad Rumi (1207-1273 M) adalah penyair sufi asal Samarkand, Persia. Karya terbesarnya adalah al-Masnawi dan Fihi Ma Fihi, yang dua-duanya memiliki berpengaruh kuat dalam dunia Sufisme.
Rumi menjadi murid Syamsuddin Al-Tabrizi, penyair Persia yang mengubahnya dari ilmuwan menjadi sufi, dan mengilhaminya untuk mengabadikan pengalaman spiritualnya lewat tulisan.
Judul: Majalis Sab’ah
Sub Judul: Panduan Menggapai Keimanan Sejati dan Pengantar Memahami Kitab Matsnawi
Judul Asli: Majalis e-Sab’a
Penulis: Jalaluddin Rumi
Penerbit: Turos Pustaka
Genre: Sufisme/ Filsafat
Tebal: 210 Halaman
Terbit: Cet 1 Agustus 2024