The Glory Story of Two Umars mengungkap, Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz adalah dua pemimpin amanah yang mewakafkan jiwa raganya untuk muslimin. Mengurus umat harus mengesampingkan nafsu-nafsu pribadi.
***
Bila malam tiba, khalifah Umar bin Khattab blusukan ke daerah-daerah, memastikan muslimin dapat tidur nyenyak dengan perut terisi. Terkadang ia memanggul karung gandum untuk dibagikan.
Narasi tentang Umar menggambarkannya sebagai figur yang temperamental. Namun dalam wataknya yang keras tersimpan kelembutan hati sebagai pelayan umat dan hamba Tuhan yang rendah.
Selain itu sahabat rasul yang bergelar “Al-Faruq” ini sangat taat, berkomitmen tinggi, dan fair.
Dahulu, semasa Rasulullah, figur Umar berperan penting sebagai garda depan menghadapi kaum kafir yang brutal. Ia pemberani, blak-blakan, dan tidak pandang bulu.
Umar memecat Khalid bin Walid ketika panglima perang Islam itu di puncak karir, tetapi ia melihat sisi lain bahwa muslimin tampak mulai mengultuskan Khalid.
Sayidina Umar pernah memberi kesempatan seorang pria Mesir mencambuk putra gubernur Amr bin Ash, demi membalas kezaliman yang diterimanya.
Umar juga pernah membela seorang Yahudi yang rumahnya digusur gubernur untuk dibangun masjid. Pernah pula Umar menghukum panglima perang Abu Musa Al-Asy’ari demi membela hak seorang prajurit.
Buku ini mengangkat banyak kisah Umar bin Khattab, baik semasa Rasulullah maupun setelahnya. Kisah-kisah ini orisinal dan unik, sulit dibayangkan ada figur seperti itu pada saat ini.
Umar bin Khattab, dalam buku The Story of Two Umars ini digambarkan sebagai pemimpin yang efektif.Ia tidak secerdas Ali bin Abi Thalib, tetapi memiliki pendekatan unik yang cocok untuk mengurus suku-suku di Arab yang pembangkang. Di samping itu Umar mampu meneladani, memotivasi, dan jauh dari kepentingan pribadi.
Pada suatu ketika ada sejumlah orang diadukan mencuri makanan dari majikannya. Umar justru menghukum sang majikan karena terbukti membiarkan orang-orangnya kelaparan.
Ketegasan Umar ditakuti siapapun, termasuk setan. Sebuah hadis Bukhari-Muslim menyebutkan, Rasulullah berkata kepada Umar: “Demi zat yang diriku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah setan berpapasan denganmu dalam satu jalan kecuali ia akan memilih jalan lain”.
Paruh kedua buku ini membahas Umar bin Abdul Aziz (682-720 M), khalifah Bani Umayyah yang memperluas wilayah Islam hingga jauh melebar ke Afrika Utara.
Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin jujur yang efektif, hingga menjadi ikon anti korupsi. Ia membangun Bait al-Mal yang kuat dan menempatkan para pejabat amanah di sana.
Dengan pengelolaan dana yang hebat, ia berhasil membangun fundamental ekonomi negeri muslim saat itu. Umar memprakarsai kodifikasi hadis, dan berkontribusi besar dalam dunia sains dan riset.
Sosok Umar bin Abdul Aziz dikenal zuhud, warak, dan amanah. Umar meninggal dalam keadaan miskin bersama anak-anaknya.
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu memiliki dua pilihan, menjadikanmu kaya tetapi masuk neraka atau miskin tetapi masuk surga,” wasiatnya menjelang ajal. Semua anaknya pun memilih bertahan dalam kemiskinan.
Umar bin Abdul Aziz meninggal di usia 38 tahun setelah diracun pembantunya. Meskipun memerintah kurang dari tiga tahun, ia sukses mengembalikan kehidupan masyarakat seperti pada zaman hhulafaurrasyidin.
Buku ini sangat kaya kisah-kisah inspiratif penuh ibrah. Lebih mudah mencerna buku ini daripada membaca buku kepemimpinan yang teoritis. Kisah-kisahnya pun otentik.
Karakter pemimpin dalam buku ini bukan hanya piawai membangun dan mengendalikan organisasi, tetapi juga berakhlak paripurna kepada sesama dan dekat dengan Tuhannya.
Bebeda dengan tokoh-tokoh dunia yang banyak gagal dalam kehidupan pribadinya, para khalifah Islam ini menunjukkan kesuksesan di dua sisi.
Misalnya Napoleon Bonaparte, yang memiliki hubungan complicated dengan Josephine dan diwarnai pengkhianatan. Atau Albert Einstein yang suka meng-KDRT Mileva Maric.
Judul: The Glory Story of Two Umars
Penulis: Fuad Abdurahman
Genre: Agama/ Sejarah
Penerbit: Rene Islam
Tebal: 340 Halaman
Tahun Terbit: Cet 1 Februari 2024