Win Every Argument menjelaskan teknik memenangi hati audiens dengan menggali sisi lain yang relevan dengan kepentingannya. Fokus pada inti persoalan, hindari tarikan keluar tema.
***
Memenangi perdebatan pada dasarnya adalah mengambil hati audiens. Untuk mencapai itu, tak ada cara lain selain menyajikan narasi rasional yang sesuai dengan kepentingan dan tujuan audiens itu.
Contohnya ketika Ronald Reagen secara melawan arus membela imigran, dalam orasinya di Liberty State Park, New Jersey 1980. “Mereka itu membawa keberanian, ambisi, nilai keluarga, lingkungan, budaya kerja, perdamaian, dan semangat kebebasan. Merekalah yang akan membantu kita mengembalikan kejayaan Amerika,” katanya.
Kalimat ini menyirap sebagian besar masyarakat Amerika, yang semula memandang imigran sebagai penghambat kemajuan menjadi sebaliknya, sebuah harapan dalam mewujudkan kejayaan Amerika.
Ahli debat yang baik pada dasarnya tidak berdebat. Ia hanya menjelaskan mengapa ia benar. Untuk itu ia konsisten dengan pendekatan yang dibuat, memayunginya dengan argumen-argumen, bukti-bukti, dan tidak terpancing gendangan lawan.
Menurut penelitian, ikan koi memiliki rentang perhatian selama 9 detik. Sedangkan manusia hanya memiliki rentang perhatian selama 8 detik, sebelum mereka berpindah ke fokus lain.
Maka waktunya sangat sedikit bagi narator untuk menancapkan impresinya. Kenapa tujuannya audiens? karena memenangi debat itu pada dasarnya merengkuh hati para pendengar, bukan hati lawan debat.
Lawan akan selamanya menolak dan membantah dengan sejuta alasan, walaupun sudah tidak relevan lagi. Tetapi audiens akan menilai, mana yang lebih rasional dan di mana mereka akan berada.
Untuk menancapkan impresi seperti itu, buku Win Every Argument mengenalkan kaidah tiga. Maksudnya, sebuah pendapat selalu membutuhkan tiga alasan untuk meyakinkan publik.
Misalnya Anda bertanya, mengapa saya memarkir mobil di tempat itu. Maka saya akan memberi tiga alasan, satu, dua, dan tiga. Begituah, argumen itu harus tiga supaya daya tahannya kuat dan bisa dipertahankan dari tiga sisi.
Contohnya pidato Dwight Eisyenhower tahun 1953 yang berjudul “Chance for Peace”. Ia mengatakan: “Setiap senjata yang dibuat, setiap kapal yang diluncurkan, dan setiap roket yang ditembakkan, pada akhirnya akan merampas hak mereka yang lapar tidak diberi makan dan mereka yang kedinginan tidak diberi pakaian. Ia menyia-nyiakan keringat para pekerja, kejeniusan para ilmuwan, dan harapan anak-anaknya“.
Begitu pula pidato Martin Luther King, Barack Obama, Cicero, Julis Caesar, semuanya menggunakan kaidah tiga. Semuanya dibedah di buku ini.
Mehdi Hasan adalah jurnalis al-Jazeera, yang juga kolomnis dan penulis yang malang melintang di Amerika Serikat. Ia juga pemimpin redaksi Zeteo dan host Mehdi hasan Show yang tayang di MSNBC.
Di buku ini Mehdi memaparkan dan mengupas teknik-teknik jitu memenangi perdebatan yang menghasilkan skor zero sum, yaitu kemenangan besar yang setara dengan kerugian lawan. Tak ada istilah win-win solution.
Fondasi berdebat adalah mengenali lawan dan pemirsa di sisi lain. Pembacaan seperti ini dapat dilakukan melalui paranoid reading.
Paranoid reading adalah teknik pembacaan dengan kecenderungan curiga terhadap orang lain. Orang bisa beralasan A tetapi alasan sebenarnya adalah B. Bila ini tidak dapat ditangkap, sama saja membiarkan lawan membuat desepsi.
Tentu saja untuk memenangi opini publik, dibutuhkan semua aspek mulai pendekatan, teknik, pemilihan diksi, momentum, bahkan feeling dan intuisi.
Di sini ada 14 aspek yang dapat diterapkan, yaitu: (1) Know the audience, (2) Feelings not just facts, (3) Show your receipts, (4) Play the ball and the man, (5) Listen don’t just speak (6) Make them laugh, (7) Rule of three, (8) Judo Moves, (9) The art of zinger, (10) Setting booby traps, (11) Beware of the gish galloper, (12) Confidence is everything, (13) Keep calm and carry on (14) Practice makes perfect.
Aspek-aspek tersebut memiliki rincian yang detail dalam buku ini. Sekali lagi, targetnya adalah membujuk audiens dengan cara menghancurkan lawan. Anda mencari kesalahan dan titik lemah, lalu lubangi argumen lawan sampai kapalnya tenggelam.
Judul: Win Every Argument
Sub Judul: Seni memenangkan perdebatan, menjadi sosok meyakinkan, dan pembicara yang mengagumkan
Judul Asli: Win Every Argument
Genre: Self Improvement
Penulis: Mehdi Hasan
Penerbit: Renebook
Tebal: 351 Halaman
Tahun Terbit: Cet 1 Januari 2025