Bila mendengar kata Baginda Rasul saw. dan para sahabatnya, seakan-akan kita dan mereka teramat jauh jaraknya. Mereka seperti berada di langit, sedangkan kita berada di bumi dan tak kuasa untuk menggapai mereka. Dan memang faktanya jarak kita dan mereka terpisahkan oleh dimensi waktu yang terbentang belasan abad lamanya.
Ketika membaca buku ini, anggapan itu akan sirna seketika. Para sahabat pun adalah manusia biasa yang juga menjalani rutinitas kesehariannya. Kehidupan mereka pun tidak terlepas dari suka, duka, bahagia, nestapa, amarah, dan juga canda tawa.
Istimewanya, mereka menjalaninya bersama Rasulullah saw., sehingga ketika mereka khilaf, beliau senantiasa membimbingnya dengan penuh cinta. Namun yang pasti, ikatan cinta para sahabat dengan Rasulullah saw. itu amat kuat. Karenanya, rangkaian kisah dalam buku ini amat romantik dan menghangatkan hati.
Mari kita belajar Ilmu Firasat atau Fisiognomi dari Imam Fakhruddin ar-Razi (1150-1210 M). Seorang ulama besar asal Persia sekaligus ilmuwan serba bisa dunia.
Beliau tak hanya menguasai ilmu tafsir, ilmu fikih, ushul fiqh dan teologi Islam, tapi juga ahli di bidang filsafat, logika, matematika, fisika, kedokteran, dan tentu saja ahli fisiognomi.
Buku di tangan Anda ini adalah bukti yang bisa dibilang melampaui zamannya. Jauh sebelum para ilmuwan modern di keilmuan ini, seperti Michael Scot (1175- 1232 M), Gerolamo Cardano(1501-1576 M), dan Giambattista Della Porta (1535–1615 M), menulis buku-buku fisiognomi (ilmu membaca sifat dan karakter orang dari bentuk fisiknya, terutama wajah), ar-Razi sudah terlebih dahulu mengenalkan ilmu ini kepada dunia.
Pernikahan merupakan salah satu tanda-tanda kebesaran Allah swt. Tapi mengapa, meski bertujuan mulia, banyak pernikahan yang tidak bahagia dan berakhir cerai? Bahkan, pasangan yang dianggap paling serasi sekalipun tak luput dari isu perceraian keluarga.
Sebenarnya, bagaimana agar pernikahan kita selalu mendapatkan kondisi sakinah mawadah wa rohmah, serta tidak karam sebelum sampai tujuan? Pertama, yang perlu diingat, tidak ada pernikahan yang sempurna. Kebahagiaan pernikahan adalah proses yang dilalui bersama. Kedua, ikuti saja Nasihat Pernikahan karya Imam al-Ghazali ini.
Melalui buku dahsyat ini, Ibnu Ata’illah as-Sakandari (1260-1309 M), seorang sufi besar pengarang kitab al-Hikam menjelaskan secara pas dan proporsional antara porsi ikhtiar dan tawakal. Sebuah kunci untuk mengistirahatkan jiwa dari kesibukan dunia.
Dipaparkan dengan penjelasan yang rinci, Ibnu Atha’illah memperkaya uraiannya dengan ayat-ayat al-Quran dan hadis Nabi. Sesekali diselingi dengan bait syair dan ungkapan hikmah yang menggugah hati. Di tangannya pula, tasawuf yang terkesan sulit dipahami dan melangit, menjadi sangat membumi: aplikatif, solutif, dan relevan untuk menjawab berbagai problematika hidup manusia modern saat ini.
Hidup di dunia yang semakin bergerak cepat dan menuntut banyak hal seperti sekarang, kita menghadapi banyak sekali gangguan mental yang bermunculan sebagai respons atas kondisi yang terjadi.
Misalnya ada gangguan kecemasan (anxiety), psikosomatis, dan banyak istilah lainnya yang menggambarkan tentang beragamnya kondisi jiwa atau mental manusia modern yang tidak baik-baik saja.
Meski demikian, ini bukan hal baru. Sebab pada masa Ibnu Sina (980–1037 M) kita bisa mendapati ada orang yang mengidap skizofrenia. Luar biasanya, Ibnu Sina telah menemukan metode penyembuhannya. Jika bukunya yang paling populer, al-Qânûn fî at-Thibb (Kanon Ilmu Kedokteran) dijadikan rujukan kedokteran dunia, maka kitab Ahwâl an-Nafs (Ragam Perilaku Jiwa) dan Tsalâts Rasâ`il fî an-Nafs (Tiga Risalah Tentang Jiwa) yang terjemahannya sedang Anda pegang ini, banyak dijadikan rujukan utama ilmu psikologi.