“Kunci-kunci semua yang gaib ada pada Allah. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri (dan orang-orang yang diberitahu sebagian ilmu-Nya).” (QS. al-An’âm [6]: 59)
Kondisi masyarakat Baghdad pada era Syekh Abdul Qadir al-Jailani (1077-1166 M) mirip seperti yang kita alami hari ini. Banyak orang yang terjerat oleh gemerlap belenggu duniawi. Hal itu tentu membuat resah hati Sang Sulthanul Aulia.
Kitab Futuhul Ghaib (Ilham-ilham Gaib) lahir sebagai respon atas kondisi yang sedang terjadi kala itu dan tentu sangat relevan dengan situasi sekarang. Dalam kitab ini Syekh Abdul Qadir menghadirkan tawaran revolusi ruhani. Sebuah konsep revolusi yang sangat substantif dan mendalam. Melampaui pemahaman yang diwartakan oleh para ulama syariat sebelumnya.
Tema yang diusung dalam kitab yang berisi 78 bagian ini sangat beragam, mulai dari tauhid, hakikat, syariat, adab, hingga pengalaman kewalian. Kitab ini mampu membuka berbagai rahasia hidup yang tidak dapat dijangkau oleh akal dan hati yang dangkal. Futuhul Ghaib akan mengantarkan kita beranjak dari kedangkalan pemahaman hidup yang hanya berorientasi pada duniawi menuju titik akhir yang hakiki, Allah swt. Selamat membaca dan dan menyelami!
Tentang Penulis
Syekh Abdul Qadir al-Jailani (1077–1166 M) adalah seorang ulama fikih dan ahli tarekat yang sangat dihormati oleh semua kalangan umat Islam, khusus dari golongan Sunni . Dalam dunia sufisme, dirinya sangat dikagumi karena memiliki tingkat kesalehan yang amat tinggi. Ia adalah seorang dari suku Kurdi, suku yang mendiami wilayah Persia, kini berada di negara Iran.
Karya ilmiahnya sangat banyak, tercatat lebih dari kitab yang berhasil beliau tulis. Mulai dari ilmu fikih, tasawuf, hingga tafsir. Selain itu, tingkat kesalehannya yang amat tinggi membuatnya sebagai panutan bagi sekian ulama, di antaranya Ibnu Katsir dan Ibnu ‘Arabi. Oleh karena itu, Syekh Abdul Qadir patut dijuluki sebagai Ghautsul al-A’Zham, atau Sang Penolong yang Terbesar.
Daftar Isi
Pengantar Ahli — ix
Pengantar Penulis — xxiii
Peta Buku — xxvi
Mukadimah —1
- Tiga Hal Wajib Bagi Seorang Mukmin — 5
- Saling Menasihati Untuk Berbuat Baik — 5
- Menyatu dengan Ketetapan-Nya — 6
- Sirnanya segala Petaka — 9
- Berpaling dari Kefanaan Dunia — 11
- Berpaling dari Tipu Daya Makhluk — 12
- Menghapus Kesedihan Hati — 17
- Mendekat Kepada Allah — 23
- Penyingkapan dan Pengalaman Ruhani — 26
- Hawa Nafsu adalah Musuh Allah — 29
- Keutamaan Sabar dan Syukur — 36
- Memperbudak Harta, Menjadi Abdi Allah — 38
- Berserah Pada Allah swt. — 39
- Mengikuti Spiritualitas Hamba Allah Sejati — 45
- Ketakutan dan Harapan — 47
- Tawakal dan Tingkatan-Tingkatannya — 48
- Cara Sampai Kepada Allah Melalui Mursyid — 52
- Larangan Mengeluh — 57
- Menundukkan Hasrat, Menuai Nimkat — 63
- Tinggalkan Semua yang Meragukanmu — 66
- Berbincang dengan Iblis — 70
- Orang Mukmin Diuji Sesuai Kadar Imannya — 71
- Rela Dengan Pembagian Allah — 74
- Taat kepada Allah Sekuat Tenaga — 77
- Menanam Pohon Iman — 80
- Allah swt. telah Menentukan — 83
- Semakin Tinggi Kedudukan Ruhani, Semakin Kencang Ujian yang Menghampiri — 91
- Menjadi Hamba Merdeka — 100
- Kemiskinan Rawan Menjadi Kekufuran — 103
- Kesabaran Sumber segala Kebaikan — 106
- Cinta dan Benci karena Allah dan Rasul-Nya — 110
- Tidak Menduakan Cinta-Nya — 111
- Empat Jenis Manusia — 114
- Jangan Marah Kepada Allah — 119
- Menjauhkan Diri dari Dosa — 126
- Menjadi Hamba Pilihan-Nya di Dunia dan Akhirat — 130
- Kedengkian Melenyapkan Kebijakan — 140
- Mengesakan Tuhan — 144
- Bahaya Beramal dengan Nafsu — 145
- Berpaling dari Selain Allah swt. — 145
- Melihat Fana Bekerja — 147
- Dua Kondisi Jiwa Manusia — 152
- Pantang Meminta kepada Selain-Nya — 156
- Sebab Tidak Dikabulkannya Doa Seorang — 15
- Nikmat dan Ujian — 158
- Diberi yang Terbaik tanpa Diminta — 164
- Mendekatkan Diri Kepada Allah — 168
- Mengutamakan yang Wajib — 168
- Sedikitkan Tidur — 171
- Cara Mendekatkan Diri Kepada-Nya — 172
- Keistimewaan Zuhud — 174
- Sebab Ditimpakannya Musibah Pada Segolongan Orang yang Beriman — 177
- Fana` dalam Kehendak Allah swt. — 178
- Menghindarkan Ketenangan dengan Kezuhudan — 181
- Meninggalkan Kesenangan Hidup — 184
- Meluruhkan Diri dari Selain-Nya — 188
- Menyelaraskan Diri dengan Takdir Ilahi — 191
- Menerangi Diri dengan Cahaya Iman — 195
- Menerima Ujian dan Mensyukuri Nikmat Sebagian dari Iman — 196
- Yang Tersisa Hanyalah Tauhid dan Ibadahmu — 203
- Mengetuk Ambang Pintu Ruhani Para Nabi — 207
- Allah Mencintai yang Tunggal dan Menunggalkan-Nya — 210
- Salah Satu Jenis Ilmu Makrifat — 212
- Kematian Tanpa Kehidupan dan Kehidupan Tanpa Kematian — 213
- Allah Tidak Akan Menzalimi Hamba-Nya — 214
- Adab dalam Berdoa — 217
- Kiat Melawan Hawa Nasfu — 221
- Tidak Ada yang Mampu Menolak Takdir kecuali Doa — 225
- Hal-hal yang Bisa Kita Minta dari Allah — 230
- Bersyukur dan Mengakui Kekurangan — 232
- Dunia adalah Ladang Akhirat — 234
- Melihat dengan Pandangan Rahmat — 238
- Kemarahan Para Wali — 241
- Bukti-bukti Allah Esa — 243
- Delapan Fondasi Tasawuf — 245
- Akhlak Para Pencari Tuhan — 247
- Amalan Sepanjang Waktu — 248
- Menjadi Ulul ‘Azmi — 250
Wasiat Syekh Abdul Qadir Untuk Anak-anaknya — 255
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani — 259
Ulasan
Belum ada ulasan.