Dalam hidup ini, kita sering merasa tak berdaya ketika sedang dilanda masalah hidup yang seakan tiada habisnya. Kadang kita merasa permasalahan yang sedang kita hadapi adalah yang paling berat sedunia.
Tidak jarang juga merasa gagal menjadi yang terbaik, padahal sudah berusaha semaksimal yang kita bisa. Buku “Hidup Sering kali Tidak Baik-baik Saja, Tapi Kita Bisa Menghadapinya” ini ditulis untuk kita yang merasa di titik terendah, banyak masalah, dan sedang kehilangan arah.
Buku karya ulama sekaligus sastrawan dunia ini pernah diboikot oleh pemerintah kolonial Belanda untuk diajarkan oleh para kiai di pesantren, karena dianggap berbahaya dan dapat membangkitkan semangat perjuangan kaum muda.
Dengan membaca terjemahan kitab “Izhatun Nasyi’in” karya Syekh Musthafa al-Ghalayain ini, semoga kita bisa kembali melanjutkan hidup dengan lebih bermakna, lebih tangguh, berpikiran terbuka, dan selalu menemukan problem solving atas setiap masalah yang kita hadapi bersama.
Siapa penulis buku ini?
Musthafa al-Ghalayain (1885–1944 M) lahir dan wafat di Beirut, Lebanon. Selain dikenal sebagai sosok ulama yang mendunia, juga dikenal luas sebagai seorang sastrawan, pakar bahasa Arab, bahkan Wartawan senior. Beberapa karyanya sangat tebal dan referensial di bidangnya, seperti Jami’ ad-Durus al-Arabiyyah. Saat kuliah di al-Azhar, belajar langsung kepada Syekh Muhammad Abduh, seorang pembaharu Islam asal Mesir.
Buku lain yang pernah ditulis
- Izhatun Nasyi’in
- Al-Islam Ruhul Madinah aw ad-Din al-Islami
- Jami’uddurus al-Arabiyyah
- Nazharat as-Sufur
- Nadzarat fi al-Lughah wa al-Adab
- Nazhm asy-Syi’ir fi Aghrad Mukhtalifah
Nilai Personal Skill yang diajarkan buku ini
- Berani menghadapi tantangan
- Mencipta kebahagiaan versi Islam
- Kritis dan berpikiran terbuka
- Solidaritas dan kepekaan sosial
- Gigih dan pantang menyerah
- Jujur dan sederhana dalam hidup
- Berpegang teguh pada ajaran agama
- Menghormati semua perempuan
- Peduli terhadap lingkungan
- Kolaborasi dan saling percaya
- Berusaha sebelum berpasrah
- Kritis terhadap kekuasaan yang zalim
- Cinta pada bangsa dan tanah air
- Anti terhadap penindasan
Fakta Menarik
Buku ini pada era penjajahan pernah diboikot oleh kolonial Belanda untuk diajarkan oleh para kiai di pesantren-pesantren, karena dianggap dapat membangkitkan semangat perjuangan dan perlawanan kaum muda. Selain itu, buku ini juga yang menjadi salah satu inspirasi KH. Hasyim Asy’ari dalam mencetuskan perlawanan Resolusi Jihad.
Apa kata mereka tentang buku ini?
“Kitab ini pernah dilarang untuk dikaji di pesantren pada masa kolonialisme Belanda, karena isinya mampu mengobarkan patriotisme saat itu. Tidak heran jika dalam sejarah banyak tercatat pejuang tanah air dari pesantren, sebab mereka mengaji kitab Izhatun Nasyi’in ini. Selama bertahun-tahun kitab ini masih saya ajarkan (di pesantren) karena masih relevan untuk terus dibaca sampai sekarang.”
–KH. Ahmad Mustofa Bisri
Ulasan
Belum ada ulasan.