Muqaddimah Ilmu Tasawuf: Panduan Menapaki Jalan Ruhani ala Para Sufi
Apa batas antara jalan ruhani yang tepat dengan yang sesat?
Muqaddimah Ilmu Tasawuf adalah jawaban yang disodorkan Ibnu Khaldun atas keresahan tersebut. Ditulis dalam bentuk rangkaian fatwa khas seorang fakih, karya ini memerikan tasawuf sebagai jalan setapak menuju Allah dengan tetap mengindahkan batasan-batasan syariat.
Melalui tiga tahapan utama—mujahadah takwa, mujahadah istiqamah, dan mujadah kasyf—Ibnu Khaldun membingkai tasawuf sebagai proses bertingkat, penuh disiplin, dan tentu saja berlandaskan al-Quran dan sunah. Baginya, bimbingan seorang guru bukanlah pilihan, melainkan syarat. Menempuh jalan ruhani tanpa pembimbing tak hanya berisiko, tapi membinasakan jiwa.
Inilah tasawuf yang jernih. Rasional tapi tak kering. Penuh adab tapi tetap kritis. Buku ini merupakan pegangan penting bagi siapa pun yang ingin mengenal tasawuf apa adanya—bukan berdasarkan cerita, tapi berdasarkan dalil dan kedalaman ilmu yang menyamudera.
SINOPSIS
Buku ini merupakan karya penting Ibnu Khaldun yang sering luput dari sorotan. Ditulis dalam bentuk fatwa yang padat namun sistematis, karya ini menelaah dunia tasawuf dengan pendekatan seorang fakih—bukan sebagai pengamal tarekat, melainkan sebagai pengamat kritis yang tetap menghargai nilai-nilai spiritual Islam. Bagi Ibnu Khaldun, tasawuf bukanlah ilusi mistik yang harus dibasmi, tetapi jalan yang sah—asal dijalani dengan bimbingan yang tepat dan tetap berpijak pada syariat.
Buku ini tersusun dalam enam bab yang mengupas lapisan-lapisan perjalanan spiritual: dari keshalihan lahiriah, kejujuran batiniah, hingga puncaknya—ketersingkapan hakikat (kasyf). Di sinilah ia menetapkan garis tegas: level tertinggi ini berbahaya bila ditempuh tanpa bimbingan seorang guru yang arif. Tanpa bimbingan, sang pencari bisa tersesat oleh ilusi pencerahan palsu atau bahkan jatuh ke dalam penyimpangan.
Ibnu Khaldun menunjukkan sikap yang cermat—menghargai spiritualitas, tetapi menghindari ekstremisme. Ia mengkritik keras bentuk-bentuk penyimpangan seperti fanatisme lettrisme, penyembahan simbol, atau gagasan-gagasan panteistik yang menyerupai ajaran filsafat Yunani atau Syiah Ismailiyah. Ia juga menegaskan bahwa kebahagiaan sejati—yaitu keselamatan—hanya dapat diraih jika hukum lahir dan batin berjalan seiring.
Karya ini bukan sekadar panduan teknis, tapi juga cermin dari kegelisahan intelektual seorang pemikir besar yang terus mencari titik temu antara wahyu, akal, dan pengalaman spiritual. Sebuah warisan berharga yang relevan bagi siapa pun yang ingin memahami Islam secara menyeluruh—luar dan dalam.
Ulasan
Belum ada ulasan.