Blurb
“Yung Pueblo mengajak kita bercermin atas hubungan yang kita jalani, sekaligus memberikan kompas yang jelas menuju hubungan yang kita dambakan.”
–Simon Sinek, penulis Start with Why
Jatuh cinta, terutama di usia muda, sering kali belum diiringi kedewasaan emosional. Akibatnya, meski cinta terasa tulus, kita bisa gagal saling mendukung kebahagiaan masing-masing, dan hubungan pun rentan terjebak dalam badai ketidakpastian.
Buku ini adalah langkah awal agar kita mampu menjalin cinta yang dewasa. Cinta yang dewasa bukan lagi tentang menemukan pendamping yang sempurna. la adalah
perjalanan panjang dan terjal untuk menerima pasangan yang berani tumbuh bersama.
Oleh karena itu, how to love better karya yung pueblo mengajak kita untuk memahami bahwa hubungan yang sehat berawal dari kesadaran diri, jujur terhadap emosi, berani untuk tumbuh, hingga menjadi sembuh. Selamat membaca.
“Cinta datang secara alami. Namun, mencintai seseorang dengan lebih baik, ternyata perlu dipelajari dan diupayakan.”
-dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, Psikiater & Mental Health Influencer
Diterjemahkan oleh Berliani M. Nugrahani
Sinopsis
How to Love Better karya yung pueblo mengajak pembaca untuk menerka ulang bagaimana bentuk cinta sejati. Hubungan yang sehat dan mendalam rupanya tidak terjadi begitu saja, hanya karena mencintai seseorang. Perlu usaha dan keinginan penuh untuk bisa menjadi “kita”. Kita perlu menyadari bahwa kita tidak bisa menciptakan kebahagiaan pasangan kecuali menunjang yang sudah ada. Pun kita perlu menyadari bahwa menunjang kebahagiaan pasangan dapat terjadi ketika kita memiliki daya di dalam diri.
Pueblo juga membongkar mitos bahwa cinta adalah hal yang mudah. Sebaliknya, ia menuturkan bahwa cinta sejati membutuhkan usaha aktif— mulai dari komunikasi yang jujur, komitmen dan kehadiran penuh, hinga keberanian untuk melepaskan ego dan kemelekatan. Cinta sejati hadir justru pada saat kamu suka rela untuk bertahan di antara badai yang sulit.
Yung pueblo kemudian menekankan tiga kualitas utama agar cinta dapat bertahan: kindness (kebaikan hati), growth (pertumbuhan), dan compassion (welas asih). Ketiganya tidak bisa hadir secara sepihak—dibutuhkan komitmen dan usaha dari kedua belah pihak untuk menjadikannya nyata. Cinta yang sehat, menurutnya, adalah cinta yang tidak menuntut kontrol atau kesempurnaan, melainkan saling memberi ruang untuk bertumbuh, berubah, dan menghidupi.
Salah satu kekuatan buku ini terletak pada pendekatannya yang menyeluruh. Melalui penggabungan kebijaksanaan dari praktik meditasi, wawasan psikologi, dan pengalaman hidup pribadi, How to Love Better menjadi peta jalan yang menyentuh. Buku ini relevan untuk siapa saja: mereka yang tengah menjalani hubungan, baru saja patah hati, masih sendiri, atau ingin membangun koneksi yang lebih bermakna dalam hidupnya.
Ulasan
Belum ada ulasan.