Secara bahasa, dzikir adalah proses mengingat. Artinya, yang menjadi objek dalam ingatan adalah sesuatu yang sudah tertanam dalam benak seseorang, sehingga dalam prosesnya, dzikir mengembalikan suatu kehadiran. Dengan makna yang lebih filosofis, dzikir bisa dibilang adalah kesadaran untuk menyelami suatu kehadiran.
Dalam pandangan nalar Islam, secara khusus tasawuf, dzikir–yaitu mengingat Tuhan–tidak hanya sekadar mengembalikan suatu kesadaran akan keaguangnnya, melainkan sebagai metode untuk mencapai apa yang disebut oleh para sufi sebagai tahap makrifat. Sehingga, dzikir juga memiliki berbagai kiat dan prinsipnya.
Berbagai prinsip ataupun landasan mengenai dzikir inilah yang menjadi pembahasan utama buku Selalu Ingat, Tuhan Begitu Dekat karangan Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari ini. Mulai dari menjelaskan apa saja esensi dalam dzikir, kiat-kiat prosesnya, sampai manfaat dan hasil yang akan dicapai dalam berdzikir, baik dalam aspek material maupun spiritual.
Buku yang sejatinya adalah terjemah dari kitab Miftah al-Falah wa Mishbah al-Arwah ini mungkin bisa disebut sebagai panduan dasar untuk memahami segala aspek tentang dzikir. Namun tidak hanya itu. Di dalamnya, pembaca juga akan menemukan sisi terdalam dari upaya untuk menghadirkan Tuhan dalam kesadaran. Inilah poin penting yang mesti dipahami seseorang dalam memahami keagungan makna dzikir.
Tentang Penulis
Ibnu Atha’illah as-Sakandari adalah seorang ulama sufi terkemuka yang namanya sudah tidak asing lagi. Beliau merupakan tokoh tarekat Syadziliyah, salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia, termasuk di Indonesia.
Pendiri tarekat ini adalah Imam Abu al-Hasan asy-Syadzili, penulis kitab Risalah al-Amin. Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari sendiri adalah pengarang kitab legendaris al-Hikam, kitab tasawuf paling populer sepanjang masa. Beliau lahir di Alexandria, Mesir, pada tahun 1260 M dan meninggal di Kota Kairo pada 1309 M.
Ulasan
Belum ada ulasan.