“Membaca buku ini seperti membuka jendela baru dalam memahami tafsir Hamka: tajam, tenang, dan penuh kesadaran sejarah pribadi.”
—Dr. Helvy Tiana Rosa, Sastrawan, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
Siapa yang pernah hanyut dalam alunan diksi Hamka?
Mungkin tulisannya terasa menyentuh karena dimuati pengalaman hidupnya sendiri. Di antara karya yang paling banyak mengandung narasi biografis ini adalah Kenang-Kenangan Hidup (1950) dan Ayahku (1952).
Bahkan di buku fiksinya seperti Merantau ke Deli dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, narasi biografis ini juga muncul sedikit banyak, tersisip di sana-sini. Tampaknya inilah gaya Hamka saat berkomunikasi dengan pembacanya. Nada ceritanya terasa dekat, personal dan related dengan banyak orang.
Ternyata di karya terbesarnya, Tafsir Al-Azhar, narasi biografis ini juga kadang muncul saat menafsirkan sebuah ayat.
Buku ini mencoba membedah narasi Hamka ketika menafsirkan ayat-ayat poligami. Kenapa ayat ini? Karena Hamka sendiri pernah merasakan “kepedihan” saat ayahnya berpoligami dan menceraikan ibunya.
Dengan latar hidup seperti ini, lantas bagaimana Hamka memaknai ayat-ayat poligami?
Ulasan
Belum ada ulasan.